BEIJING (Realita)- Amerika Serikat (AS) dibikin was-was atas berkembangnya DeepSeek, perusahaan AI atau kecerdasan buatan dari China.
Deepseek dalam beberapa hari terakhir, bisa dibilang menjadi perusahaan yang paling banyak dibicarakan di Silicon Valley.
Baca Juga: Terkait Paten AI, Google Diwajibkan Bayar Rp 2,6 Triliun
Itu berkat peluncuran DeepSeek-R1, model bahasa besar atau large language model (LLM) baru. Model AI ini mampu melakukan "penalaran" mirip dengan model terbaik dari OpenAI saat ini, yaitu o1.
Model semacam itu hanya perlu beberapa detik atau menit untuk menjawab pertanyaan sulit dan memecahkan masalah kompleks.
Tak cuma itu, DeepSeek-R1 juga memperoleh skor sama tinggi atau lebih tinggi dari o1 dari berbagai pihak ketiga, yang menggelar tes untuk mengukur kinerja AI dalam menjawab pertanyaan tentang berbagai subjek.
Lebih mengejutkan lagi, DeepSeek-R1 dilaporkan dilatih dengan biaya jauh lebih murah (dilaporkan sekitar USD 5 juta), dengan unit pemrosesan grafis atau GPU yang jauh lebih sedikit. Itu terkait pembatasan ekspor teknologi yang diberlakukan AS ke China.
Tak seperti o1 yang hanya tersedia untuk pelanggan ChatGPT berbayar dari tingkat Plus (USD 20 per bulan) dan tingkat lebih mahal, DeepSeek-R1 dirilis sebagai model sumber terbuka gratis sepenuhnya. Maka model ini cepat meroket naik ke peringkat model AI yang paling banyak diunduh.
Yang paling mengesankan, DeepSeek memiliki situs web dan aplikasi gratis dengan antarmuka chatbot R1 yang sangat mirip dengan ChatGPT OpenAI. Semua keunggulan itu dan biaya pengembangannya yang murah, membuat raksasa teknologi AS yang berpusat di Silicon Valley kaget dan panik.
Baca Juga: Satu Pena Awards 2023, Beri Penghargaan untuk Putu Wijaya dan Komarudin Hidayat
Bahkan meskipun belum banyak yang diketahui mengenai perusahaan ini, DeepSeek seolah meneruskan misi awal OpenAI untuk membuat AI bisa dipakai massal. OpenAI sendiri saat ini dinilai terlalu berorientasi pada profit.
"Kita hidup di masa ketika perusahaan non-AS tetap menjalankan misi awal OpenAI yaotu penelitian yang benar-benar terbuka dan terdepan yang memberdayakan semua orang. Itu tidak masuk akal," cetus Senior Seacrh Manager Nvidia, Jim Fan.
"Tidak berlebihan mengatakan betapa besar ini mengubah keseluruhan permainan. Tak hanya berkaitan AI, ini juga merupakan dakwaan besar terhadap upaya AS yang salah arah untuk menghentikan perkembangan teknologi China, yang tanpanya Deepseek mungkin tidak mungkin ada. Seperti kata pepatah, kebutuhan adalah ibu dari penemuan," cetus pengusaha web Arnaud Bertrand.
Dalam serangkaian uji dari pihak ketiga, DeepSeek mengungguli Llama 3.1 milik Meta, GPT-4o milik OpenAI, dan Claude Sonnet 3.5 milik Anthropic dalam hal akurasi, mulai dari pemecahan masalah yang rumit hingga matematika dan pengodean.
Baca Juga: Saatnya Puisi Esai Masuk Kampus dan Sekolah
Menurut Alexandr Wang, CEO Scale AI, AS mungkin telah memimpin China dalam perlombaan kecerdasan buatan selama dekade terakhir tapi pada Hari Natal, semuanya berubah. "Apa yang kami temukan adalah bahwa DeepSeek adalah yang berkinerja terbaik, atau kira-kira setara dengan model Amerika terbaik," kata Wang dikutip dari detik.
"Saya telah menggunakan Gemini, ChatGPT, dan Claude secara ekstensif untuk ringkasan dokumen selama hampir setahun. Deepseek lebih baik daripada semuanya. Versi chatbot-nya gratis. Harga untuk menggunakan API-nya juga 99,5% di bawah harga API OpenAI," sebut jurnalis Economic Times.ik
Editor : Redaksi