JAKARTA - Pendiri Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi) Lieus Sungkharisma bicaranya tetap sama selalu berapi-api. Demikian pula saat mengomentari kasus meme stupa Borobudur berwajah Presiden Joko Widodo yang viral setelah diunggah ulang pakar telematika Roy Suryo.
Mantan Ketua Umum Partai Reformasi Tionghoa Indonesia (PARTI) itu seperti halnya Roy Suryo, kerap mendapat stempel berseberangan dengan pemerintah.
Baca Juga: Masa Penahanan Roy Suryo Diperpanjang
Di tengah heboh mantan Menpora Roy Suryo kejeblos unggahan simbol agama yang dijadikan meme --yang ditafsirkan sebagai perbuatan SARA oleh sebagian orang-- Lieus melihat kehebohan ini lebih karena kental bau politisasi.
"Ini lebih kuat politisasi karena Roy Suryo banyak mengkritik pemerintah. Jadi begitu ada bahan, dihantam. Agar dia bisa masuk," ujar Liues dalam video yang beredar di kalangan wartawan, Sabtu (18/6).
Ia punya argumentasi mengenai sudut pandangnya itu. Pertama, sebagai orang Buddha ia tidak melihat hal itu sebagai penodaan agama atau SARA. Pasalnya, ajaran Buddha itu welas asih dan pemaaf.
"Ngerti enggak agama Buddha sih. Agama Buddha tak gampang marah. Patung Buddha dipakai muka presiden. Saya sih happy," katanya sambil mengekspresikan tangan digerakan di depan wajah.
Baca Juga: Dijebloskan Rutan, Roy Suryo Masih Pakai Penyangga Leher
Sebagai umat Buddha, ia akan bangga karena patung Buddha diubah berwajah presiden. Lieus baru akan tersinggung jika wajah Sidharta Gautama itu diganti binatang, seperti monyet. "Itu baru keterlaluan," ujar pendukung Prabowo dalam Pilpres 2019 lalu.
Ia justru merasa keterlaluan jika ada yang marah dengan meme tersebut. "Karena dalam ajaran Buddha Mahayana dinyatakan di dalam setiap diri manusia ada Buddha,” Lieus menjelaskan.
Alasan kedua, katanya, ia meyakini Presiden Jokowi tidak akan marah. "Malah dalam hati happy juga. Karena beliau itu dianggap pantes bermeditasi seperti Sidharta Gautama yang patungnya banyak duduk di Candi Borobudur," ujar Liues.
Baca Juga: Roy Suryo Jelaskan Kronologi Kasus yang Menjadikannya Tersangka
Pria 63 tahun itu menegaskan bahwa dalam agama Buddha, patung yang ada hanya simbol, bukan kemudian dipuja-puja dan disembah. "Suatu simbol putra kerajaan yang rela bermeditasi selama 6 tahun untuk mendapatkan pencerahan untuk kesucian," katanya.
"Maka dalam konteks candi Borobudur, yang harus dan wajib dihormati adalah candi Borobudurnya sebagai tempat suci umat Buddha. Bukan patungnya," ia menambahkan.
Lieus berharap tidak ada yang mempolitiasi meme tersebut hanya untuk gaduh dan menambah kerja polisi. "Toh Mas Roy sudah minta maaf," kata Liues yang pernah digelandang polisi karena dugaan makar pada Mei 2019 lalu itu.far
Editor : Redaksi