Makna Hari Anti Narkotika Internasional Bagi Dua Aktivis Narkotika Perempuan

BOGOR (Realita)- Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) diperingati setiap tanggal 26 Juni setiap tahunnya.

International Anti Drug Day atau Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) hanyalah sebuah hari peringatan.

Baca Juga: Gebyar Genre Remaja: Edukasi Anti Narkoba di Cilegon

Menurut Joyce Djaelani Gordon, dimana dalam memperingati setiap hari internasional ini, yang salah adalah kalau saat menggebyar kampanye hanya saat HANI.

Sementara seharusnya, pendidikan tentang zat adiktif dan adiksi harus berlaku setiap hari dan sepanjang tahun. HANI bisa saja memberikan tema, namun harusnya isunya diusung sepanjang tahun, di seluruh wilayah, baik di sekolah, rumah, tempat kerja, dan lain sebagainya. 

"Ada yang bertanya mengapa pecandu relapse terus. Pertanyaannya justru adalah mengapa mereka sampai memulai pemakaian zat adiktif? Kan kita harus lihat dari sejak mereka di rumah. Pendidikan apa yang sudah diberikan di rumah? Bagaimana dengan di sekolah? Dan apakah  keluarga punya kapasitas untuk menyampaikan hal-hal ini di rumah? Kalau tidak bisa, siapa yang seharusnya mendidik orangtua agar mahir berbicara pada anaknya? Apakah sudah cukup pendidikan para guru untuk menjangkau anak-anak di sekolah agar mereka tidak terjerumus, sebelum mereka terjerumus?," ujar Joyce Djaelani Gordon yang dikenal sebagai aktivis HIV/AIDS kepada wartawan, Senin (20/6/2022).

Menurutnya, pencegahan lebih baik daripada penyembuhan. Namun di tahap dini pemakaian zat adiktif, apakah ada yang membantu mencegah?  Apakah pencegahan hanya diwakili dengan poster yang mengatakan serba ‘jangan begini, jangan begitu’ namun tidak ada informasi yang mendalam yang bisa mereka peroleh? Apakah kita hanya akan menyalahkan hukum dan penegakan hukum? Pencegahannya ada dimana? Dan kalau seseorang kecanduan, apa yang harus dilakukan? Baru disitulah hukum dan pemulihan bicara; karena jelas, orang yang kecanduan butuh bantuan perawatan, dan bukannya dikirim ke penjara.

Baca Juga: Polsek Diwek Jombang Hipnotis Pelajar SMK Sultan Agung Tebuireng, Ini Tujuannya

"Juga, kalau orang sudah keburu terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika, dan kalau orang masih bertanya kenapa pecandu relapse terus, jelas mereka belum memahami adiksi sebagai penyakit kronis. Saya justru akan bertanya balik, apakah darah tinggi atau diabetes atau kanker juga bisa relapse atau kambuh kembali ke sakitnya?," jelasnya.

Cilegon dalam

Joyce Djaelani Gordon adalah seorang wanita pendiri YAKITA, rumah rehabilitasi bagi pecandu narkotika di wilayah Ciawi, Bogor,  Jawa Barat yang ada sejak tahun 1999. Dirinya menjelaskan bahwa, Adiksi adalah penyakit yang perlu perawatan yang juga bisa bersifat jangka panjang. Sama seperti penyakit lainnya. Perawatan dan rehabilitasi yang benar, selayaknya juga membuat si pecandu memperoleh informasi serta membantu mereka berpikir tentang kehidupan. Juga untuk belajar mengedepankan kesehatannya secara fisik, mental, emosional dan spiritual. Bukankah kalau orang darah tinggi atau diabetes juga harus belajar soal cara mengendalikan penyakitnya? Begitu juga adiksi. Keluarga, sekolah, dan perangkat hukum harus belajar. Hakim, pengacara, jaksa juga harus belajar. Kan tidak pernah orang yang masuk penjara gara-gara diabet," ungkap Joyce yang juga lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 

Harusnya para pecandu juga jangan masuk penjara karena penyakit adiksinya. Pencegahan dan penanganan penyalahgunaan zat adiktif harus merupakan sesuatu yang berjalan setiap hari oleh semua pihak. Ini adalah bahaya yang harus diatasi oleh semua stake holders, hingga di tingkat rumah tangga sampai keluarga. Pencegahan tentunya harus mencakup semua orang, karena adiksi tidak pilih-pilih korban. Dan kalau kita mencegah, artinya sama dengan memakai helm Ketika membawa motor. Bukan bahwa kita ingin kecelakaan atau pasti akan kecelakaan, namun bila sampai terjadi, helm bisa mencegah fatalitas. Tapi lihat saja sikap kebanyakan orang yang merasa sakti dengan asal memakai helm tanpa mengikatnya dan saat kecelakaan, otak pun jadi taruhannya. Ini soal sikap. Sikap itu yang perlu diubah! Begitu juga terkait dengan pencegahan narkotika. 

Baca Juga: Satresnarkoba Polres Batu Ungkap 15 Kasus dan Ringkus 16 Tersangka Peredaran Narkoba

 

Menurut Sri Hayuni salah satu penggiat anti narkotika dan juga sering mensosialisasikan bagi para keluarga si pecandu. Dirinya menjelaskan, kegiatan Hari Nasional Anti Narkotika biasanya hanya seremonial saja, apa yang dikatakan dan ditulis Bu Joyce itu yang seharusnya dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk menekan "demand" atau permintaan atau kebutuhan akan narkotika. Yaitu, pencegahan dan rehabilitasi," pungkas Sri Hayuni yang juga lulusan Farmasi ini.tom

Editor : Redaksi

Berita Terbaru