NEW YORK - Insiden berdarah menimpa penulis buku The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan, Salman Rushdie, di New York pada Jumat (12/8/2022). Salman Rushdie ditikam hingga 15 kali oleh seseorang. Kondisi Salman Rushdie kini mengenaskan dan masih dirawat di rumah sakit.
Salman Rushdie menghadiri sebuah event yang digelar di Institusi Chautauqua New York. Acara itu terbuka untuk umum dan dihadiri oleh ribuan orang. Penikaman terjadi usai Salman Rushdie dipanggil dan diperkenalkan oleh pembawa acara. Dia pun naik ke atas panggung sebelum akhirnya ditikam oleh seseorang.
Baca Juga: Pamer Foto Bermesraan dengan Istri Orang, Pria Ini Tewas Ditikam Berkali-kali
Tak berapa lama kemudian, pelaku yang melakukan penyerangan ditangkap. Sementara, Salman Rushdie mengalami luka parah di bagian dada dan leher. Tidak hanya ditikam, Salman Rushdie juga ditinju dan dipukul berulang kali. Pelaku menikamnya sekitar 15 kali di bagian yang sama.
Panggung acara sastra itu berubah jadi bersimbah darah. Para peserta yang hadir untuk mengikuti acara diskusi berlarian, dan berhamburan ke luar acara. Petugas keamanan setempat langsung meringkus pelaku dan mengamankan di lokasi kejadian.
Literary agent Salman Rushdie, Andrew Wylie, yang mengurusi penerbitan karya-karyanya mengatakan kondisi kesehatan sang novelis belum stabil. Dia menggunakan ventilator atau alat bantu nafas saat ini.
Organ tubuh Salman Rushdie pun mengalami kerusakan parah, hatinya rusak, ada beberapa bagian saraf di lengan yang terputus, dan kemungkinan besar bakal kehilangan penglihatan.
Salman Rushdie mengalami luka yang serius dan diungkapkan oleh Dr Martin Haskell, lukanya susah untuk dipulihkan.
Baca Juga: Ditikam di Atas Panggung, Salman Rushdie Terancam Buta
Dalam acara tersebut, ternyata bukan Salman Rushdie saja yang diserang. Namun seorang moderator bernama Henry Reese (73 tahun) salah satu pendiri organisasi yang menawarkan residensi kepada penulis yang menghadapi penganiayaan dan juga ancaman pembunuhan.
Reese menderita cedera wajah dan saat ini dirawat di rumah sakit. Keduanya rencananya dalam acara diskusi sastra bakal membahas tentang negara Amerika Serikat yang bisa digunakan sebagai negara perlindungan bagi penulis dan seniman di pengasingan.
Nama Salman Rushdie dikenal karena novel The Satanic Verses disebut menghina Nabi Muhammad. Mantan Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini mengucapkan ancaman untuk Salman pada 14 Februari 1989.
Baca Juga: Hadi Matar, Penikam Salman Rushdie, Bersimpati pada Pemerintahan Iran
Novel keempat sang penulis menceritakan tokoh utama yang bernama Mahound (yang kemungkinan besar merujuk pada Muhammad) diceritakan secara kilas balik paralel dengan dua tokoh utama lainnya Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha.
Sebagian ceritanya terinspirasi dari kisah hidup Muhammad. Namun bagi umat muslim, novelnya dianggap penuh SARA hingga tak boleh beredar di India dan menyulut kerusuhan di Pakistan.
Dia sempat tinggal di Inggris kemudian bersembunyi di New York selama lebih dari 3 dekade. Selama bersembunyi, ia menggunakan nama samaran dan jarang muncul ke publik namun sejak 11 September 2001 ia mulai berani muncul dan bersuara.ik
Editor : Redaksi