Ketua Arkeolog Sumsel Sambut Baik Prasasti Tanduk Kerbau dan Aksara Ulu

MUARA ENIM (Realita) - Ketua Rumah Adat Desa Lingga ngopi bareng bersama Tim kota wisata dan Humas ADM & Korporat PT BA serta Wahyu selaku ketua arkeolog Sumsel sambut baik sejarah dan budaya Desa Lingga berdasarkan prasasti Tanduk Kerbau dan aksara ulu diangkat untuk diperkenalkan kepada masyarakat.

Disampaikan Gusti Sajid Al Akbar selaku Ketua Rumah Adat Desa Lingga yang berdasarkan Prasasti Tanduk Kerbau dan naskah kuno yang dimilikinya, sambil ngopi bareng bersama Wahyu, Budi Lesmono, Dayaningrat, Gusti Sajid Al Akbar, Herdianto, di cafe wong Kito Desa Keban Agung  Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim. Kamis malam (29/09/22)

Baca Juga: Manuskrip Karya Mbah Sholeh Darat Tahun 1897, Diselamatkan

Dikatakan Sajid "tanduk kerbau tersebut berdasarkan penelitian tim arkeolog Sumsel menyimpan sejarah silsilah kerajaan Majapahit pada abad ke 13," bebernya.

Lebih lanjut dikatakannya, dengan bukti prasasti dan benda bersejarah yang ia miliki saat ini, bahwa menunjukkan dirinya sebagai pewaris turun temurun dalam silsilah kerajaan sambil membacakan buku yang sudah ia cetak dan di jilid dengan rapi.

Ketika Eko Mardianto menguraikan tentang songket yang dimiliki salah satu warga Desa Lingga, maka Budi Lesmono sebagai tim kota wisata Tanjung Enim menyambut baik untuk dikembangkan sebagai ciri khas songket Desa Lingga untuk dilaksanakan pelatihan pembuatan kain songket sebagai produk untuk di patenkan sebagai budaya kearifan lokal.

"Adanya keberagaman produk di masing-masing daerah, jika dipadukan akan tercipta rasa kebersamaan dengan memberikan nilai budaya kearifan lokal," urainya.

Baca Juga: Setelah 300 Tahun, Arca Singosari Akhirnya Pulang ke Indonesia

Sementara Dayaningrat manager Humas ADM & korporat PT BA menyarankan agar dibuat agenda untuk pertemuan dengan melibatkan para tim ahli sejarah dan adat istiadat serta kebudayaan yang berkompeten dibidang sejarah untuk membahas tentang adat istiadat serta budaya dalam forum yang lebih luas lagi.

Cilegon dalam

"Tanjung Enim sebagai tempat tujuan kota wisata dapat dijadikan sebagai pusat kajian sejarah dan budaya, juga dapat dijadikan sebagai icon Tanjung Enim," imbuhnya.

Ditengah kesibukannya Dr. Wahyu Rizky Andhifani, S.S,. M.M selaku Riset Arkeolog Prasejarah dan Sejarah Kelompok Riset Epigrafi Pusat, masih menyempatkan untuk hadir dengan memberikan pencerahan sekilas tentang sejarah pada saat penjajah datang ke Indonesia.

Baca Juga: Jalin Silaturahmi Bersama Pegawai KKWT, Plt. Bupati Salurkan Bantuan Bahan Pokok

"Awal mula penjajah datang sebagai pedagang untuk membeli rempah-rempah di Indonesia, dengan keuntungan yang berlipat, akhirnya bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun lamanya.

Ia juga setuju dengan gagasan yang disampaikan untuk duduk bareng membahas sejarah dan budaya dengan menghadirkan para pemegang benda bersejarah sehingga bisa dilihat pada zaman apa dan abad ke berapa benda tersebut yang bertujuan untuk meluruskan sejarah yang berkembang di tengah masyarakat.

"Dengan dihadirkan benda bersejarah berupa prasasti tanduk kerbau, kujur atau pusaka yang dipakai sebagai senjata saat itu atau benda lain yang punya nilai sejarah, sehingga bisa dilakukan penelitian dengan bertahap, hal ini diharapkan dapat meluruskan sejarah kebudayaan yang berkembang," tutupnya.Per

Editor : Redaksi

Berita Terbaru