KUALA LUMPUR- Sempat dibui tiga kali di tengah perjuangannya menegakkan reformasi, Anwar Ibrahim akhirnya ditunjuk menjadi perdana menteri Malaysia pada Selasa (22/11).
Pemimpin koalisi partai Pakatan Harapan (PH) itu menjadi orang nomor satu di Malaysia setelah perjalanan panjang dan berbagai drama dalam karier politiknya.
Baca Juga: Anwar Ibrahim Resmi Menjabat Perdana Menteri Malaysia
Sebelum ditetapkan menjadi PM saja, Anwar harus melakoni drama karena tak ada pemenang mutlak dalam pemilu akhir pekan lalu.
Ia dan rival terberatnya dalam pemilu, Muhyiddin Yassin, pun sempat saling klaim kemenangan.
Namun, Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah, akhirnya mengakhiri drama itu dengan menunjuk Anwar menjadi PM yang baru pada Kamis (24/11). Nama Anwar keluar sebagai pemenang setelah Raja berkonsultasi dengan sultan dari sembilan negara bagian dalam rapat darurat hari ini.
Dengan penunjukan ini, drama panjang Anwar menuju kursi PM berakhir sudah.
Kehidupan politik Anwar memang tak jauh dari drama. Semuanya bermula ketika ketika tokoh kelahiran 10 Agustus 1947 itu aktif memimpin gerakan siswa Islam di Malaysia pada medio 1960 hingga 1970-an.
Sebagai aktivis yang lantang menyuarakan reformasi, Anwar pertama kali merasakan dingin lantai bui pada 1974.
Kala itu, ia ditangkap di bawah Undang-undang Keamanan Internal (ISA) karena menggelar unjuk rasa menentang kemiskinan dan kelaparan di daerah pinggiran.
Berlandaskan aturan tersebut, Anwar dijebloskan ke penjara selama 20 bulan tanpa perlu menjalani proses peradilan.
Sebagaimana dilansir Al Jazeera, saat itu lah Anwar menarik perhatian Mahathir Mohamad, yang di kemudian hari naik takhta menjadi PM Malaysia pada 1981.
Setelah keluar dari hotel prodeo, Anwar mengejutkan para rekan perjuangannya ketika memutuskan untuk bergabung dengan partai berkuasa, UMNO, di bawah pimpinan Mahathir.
Dengan kepercayaan Mahathir, karier politik Anwar langsung melesat. Pada 1983, Anwar ditunjuk menjadi Menteri Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga sebelum mengambil alih jabatan Menteri Agrikultur dan Menteri Pendidikan.
Kiprah Anwar semakin gemilang ketika menjabat sebagai Menteri Keuangan pada 1991 dan diangkat menjadi wakil perdana menteri pada 1993.
Di tangan Anwar, perekonomian Malaysia melejit. Asiamoney bahkan menobatkan Anwar sebagai Menteri Keuangan Tahun Ini pada 1996.
Setahun kemudian, krisis moneter melanda dunia, tapi Anwar berhasil membawa Malaysia melalui semuanya. Ia pun ditunjuk sebagai Ketua Komite Pembangunan Bank Dunia pada 1998.
Tekad Mahathir untuk menyerahkan takhtanya kepada Anwar semakin kuat. Mahathir pun rehat selama dua bulan dan menunjuk Anwar sebagai perdana menteri interim.
Dalam jangka waktu tersebut, Anwar merombak pemerintahan dan membongkar semua kebusukan UMNO yang dianggap mulai rapuh akibat sistem kroni, korupsi, dan nepotisme di tubuh partai.
Sejak saat itu, semua berubah. Anwar langsung dituntut atas dugaan korupsi dan pencobaan penghalangan pemeriksaan kasus sodomi yang dituduhkan atasnya.
Dipecat dari posisi wakil perdana menteri, Anwar pun memulai gerakan reformasi, membakar semangat pendukungnya untuk turun ke jalan melawan koalisi penguasa, Barisan Nasional.
Namun pada 20 September 1998, Anwar ditahan. Berbagai lembaga internasional menganggap tuntutan ini bermotif politik.
Tak tinggal diam, Anwar masih aktif memimpin gerakan reformasi. Dari balik jeruji besi, ia memimpin pembentukan partai multi ras, Parti Keadilan Nasional.
Agustus 2003, Parti Keadilan Nasional bergabung dengan Parti Rakyat Malaysia, membentuk Parti Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin oleh istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail.
Saat bebas pada 2 September 2004, Anwar tak bisa langsung terjun ke dalam politik hingga jangka waktu lima tahun.
Namun, ia dapat membakar semangat PKR untuk ikut serta dalam pemilu 2008. PKR berhasil memenangkan 31 kursi parlemen, menjadikan mereka partai oposisi terkuat di Malaysia.
Pada pemilu 2013, mereka berhasil meraih suara lebih banyak dari koalisi Barisan Nasional. Namun, mereka tak berhasil menggulingkan koalisi penguasa karena tak mendapatkan cukup kursi parlemen.
Baru saja menghimpun kekuatan, Anwar kembali dijerat kasus sodomi oleh rezim Perdana Menteri Najib Razak hingga harus dijebloskan pada 2015.
Dari balik jeruji besi, Anwar tetap memimpin langkah Pakatan Harapan. Dengan kemurahan hati, ia pun memaafkan Mahathir Mohamad yang ingin menyatukan kekuatan dengan Pakatan Harapan demi melawan rezim korup Najib.
Anwar pun sepakat menunjuk Mahathir menjadi calon perdana menteri interim yang akan menyerahkan takhta kepadanya setelah ia bebas dari bui kelak.
Dengan pengampunan ini, Anwar tidak hanya dibebaskan, tapi juga langsung dapat berpartisipasi dalam politik, melengangkan jalannya menuju kursi perdana menteri.
Namun, gonjang-ganjing politik membuat Mahathir harus melepaskan jabatannya pada 2020, membuat harapan Anwar menjadi PM kembali pupus.
Tak patah arang, Anwar kembali bertarung dalam pemilu akhir pekan lalu. Ia pun kini mewujudkan mimpinya menjadi orang nomor satu di Negeri Jiran.nn
Editor : Redaksi