NIAS UTARA- Kronologis kematian Prajurit Kostrad Asal Nias Utara, Prada Prima Saleh Gea, menuai protes dari pihak orang tua prajurit, Darwis Gea. Ia meminta dilakukan autopsi jenazah.
Sebelumnya dikabarkan seorang prajurit TNI AD yang bertugas di Batalyon Kesehatan (Yonkes) Divisi Infanteri (Divif) 1 Kostrad, Bogor, Prada Prima Saleh Gea ditemukan tewas karena gantung diri.
Baca Juga: Bertengkar dengan Pacar, Gadis 18 Tahun di Medan Gantung Diri di Kos
Prada Prima saleh ditemukan tak bernyawa di Kamar OB Rumah Sakit Lapangan Yonkes 1/YKH/1 Kostrad di Jalan Cimandala Raya, Cimandala, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/6/2024) dinihari.
"Kami pihak keluarga sangat curiga, terhadap penyebab meninggalnya anak kami karena sebelumnya dilaporkan tewas karena gantung diri. Dari awal, saya curiga penyebab kematian anak saya, saya minta diautopsi," ujar Darwis Gea saat dikonfirmasi, Sabtu (8/6/2024).
Munculnya kecurigaan pihak keluarga, kata Darwis, berawal saat mendapat kabar melalui video call dari salah satu oknum TNI Asal Nias bahwa almarhum meninggal dunia karena gantung diri.
Baca Juga: 4 Hari Tak Keluar Kamar, Mahasiswi Cantik Ditemukan Tewas Tergantung
"Namun saat itu kami lihat posisi jenazah anak saya sudah terlentang di ranjang," ujarnya Darwis.
Ditambahkan Darwis, seluruh keluarga sangat kecewa saat jenazah Prada Prima Saleh tiba di rumahnya, di Desa Fulolosalo'o, Kecamatan Sitolu Ori, Nias Utara. Sebab ditemukan adanya bekas lilitan di leher almarhum, seperti terlilit bulat dan datar sampai ke belakang leher.
Kecurigaan bertambah saat pihak keluarga didatangi Kristian Hutauruk, komandan almarhum. "Kristian Hutauruk mengungkapkan kepada kami bahwa penyebab kematian anak kami masih tahap penyelidikan, belum bisa divonis apakah gantung diri atau dibunuh," sebut Darwis.
Baca Juga: Seorang Ibu dan Anak Tewas Bunuh Diri di Karawang, 1 Anak Lainnya Lolos
Begitu juga saat foto almarhum tergantung diperlihatkan Kristian Hutauruk. "Kami pihak keluarga menduga bentuk posisi badan anak saya yang sedang tergantung. Masa kaki anak kami tersentuh dekat dengan lantai," ujarnya heran. "Pantas kami dari pihak keluarga masih curiga, kalau bentuk foto itu direkayasa," sambungnya.
Darwis berharap proses autopsi jenazah anaknya secepatnya dilakukan. "Kalau bisa sebelum dikebumikan, tetapi kami terkendala soal biaya, kami tidak sanggup, makanya beberapa hari ini, hanya kami bermohon bantuan dan meminta keadilan melalui media sosial facebook," ujarnya.ty
Editor : Redaksi