13 Demonstran Tewas Ditembak, Presiden Sebut Mereka sebagai Pengkhianat Negara

NAIROBI- Kenya dilanda kekerasan berujung maut karena aksi protes terhadap usulan kenaikan pajak yang dipicu oleh marahnya massa atas kebijakan pemerintah. Demonstrasi yang semula berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan mematikan, mencapai puncaknya di Nairobi, ibu kota negara tersebut.

Massa yang terlibat dalam protes dilaporkan melakukan tindakan kekerasan, termasuk melemparkan benda-benda ke arah polisi dan berusaha menyerbu halaman DPR setempat. Kondisi semakin memburuk ketika militer turut dikerahkan untuk mendukung polisi dengan menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru karet, yang menyebabkan 13 orang tewas dan 31 lainnya luka-luka, seperti dilansir dari laman CNBC Indonesia.

Kenaikan pajak yang menjadi pemicu protes ini terjadi akibat krisis biaya hidup yang melanda Kenya, meskipun sebagian pajak lainnya telah dibatalkan oleh pemerintah. Namun, langkah untuk menaikkan pajak tertentu, seperti harga bahan bakar dan pajak ekspor, tetap menuai kontroversi di tengah kondisi inflasi tinggi dan ketidakmampuan generasi muda untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Protes ini juga menjadi suara generasi muda Kenya yang menuntut perubahan dan menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang tidak membebani rakyat dengan beban pajak yang berat. Namun, situasi semakin memanas ketika terjadi kerusuhan di berbagai kota lainnya di Kenya, termasuk Mombasa, Kisumu, dan Eldoret.

Pernyataan Presiden Kenya, William Ruto, menyebut demonstrasi ini sebagai pengkhianatan dan mengecam tindakan kekerasan yang terjadi. Dia menyoroti upaya penjahat yang menyusup ke dalam protes damai dan melakukan tindakan teror terhadap masyarakat. Respons keras pemerintah terhadap protes ini memicu kecaman tajam dari koalisi oposisi, Azimio, yang menilai bahwa tindakan kekerasan terhadap anak-anak dan warga negara tidak dapat dibenarkan.

Sementara itu, Komisi Hak Asasi Manusia Kenya melaporkan insiden penculikan terhadap peserta protes oleh petugas polisi berpakaian sipil. Mereka menuntut pembebasan tanpa syarat bagi para korban penculikan dan menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi.

Keseluruhan kejadian ini mencerminkan kondisi krisis di Kenya, di mana konflik akibat kenaikan pajak telah memicu kekerasan dan reaksi keras dari pihak berwenang. Masyarakat dan pemerintah dihadapkan pada tantangan besar dalam menyelesaikan ketegangan dan mencari solusi yang adil untuk mengatasi krisis yang sedang terjadi.bc

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru