HELSINKI - Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Helsinki di Finlandia mengungkapkan bahwa orang kaya atau berpendapatan tinggi lebih berisiko terkena kanker.
Orang kaya memiliki risiko genetik lebih tinggi terkena berbagai jenis kanker, khususnya payudara dan prostat. Sebaliknya, dikutip dari NDTV (2/6/2024), studi yang dipimpin oleh Fiona Hagenbeek mencatat bahwa orang berpenghasilan rendah memiliki kemungkinan lebih tinggi mengidap diabetes.
Baca Juga: Sebelum Meninggal karena Kanker, Puput Novel Sempat Dirawat 3 Hari di Rumah Sakit
Selain diabetes, orang berpendapatan rendah secara genetik lebih berisiko terhadap depresi, alkoholisme, dan radang sendi.
Studi dilakukan terhadap berbagai aspek hidup Tim peneliti mengumpulkan data kesehatan, status sosial ekonomi, serta genomik atau genetik. Mereka melakukan penelitian terhadap data dari sekitar 280.000 warga Finlandia dengan rentang usia 35-80 tahun. '
'Sebagian besar model prediksi risiko klinis mencakup informasi demografis dasar seperti jenis kelamin dan usia biologis yang mengakui bahwa kejadian penyakit berbeda antara pria dan wanita, dan bergantung pada usia,” ucap Hagenbeek dilansir dari NYPost (1/6/2024).
''Mengakui bahwa konteks tersebut juga penting ketika memasukkan informasi genetik ke dalam perawatan kesehatan adalah langkah pertama yang krusial," tambahnya.
Dan sekarang, peneliti dapat menunjukkan bahwa prediksi genetik risiko penyakit juga bergantung pada latar belakang sosio-ekonomi seseorang.
Sehingga, meski informasi genetik tubuh seseorang tidak berubah sepanjang hidup, namun risiko penyakit akan berubah seiring bertambahnya usia dan keadaan lingkungannya.
Baca Juga: Mengidap Kanker Payudara sejak Tahun 2021, Puput Novel Berpulang di Usia 50 Tahun
Para peneliti menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara profesi tertentu dan risiko penyakit.
Kemungkinan dipengaruhi gaya hidup Hagenbeek berhipotesis bahwa orang kaya lebih mampu memiliki akses lebih baik ke perawatan kesehatan, termasuk skrining.
Kemudian, orang kaya lebih memahami literasi kesehatan lebih baik dan memungkinkan mereka jarang terlibat dalam perilaku berisiko seperti merokok dan penyalahgunaan alkohol.
Seperti diketahui, gaya hidup rutin merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes.
Baca Juga: Kanker Payudara Sudah Menyebar ke Otak, Aktris Shannen Doherty Meninggal
“Insiden kanker yang lebih tinggi di antara individu dengan status sosial ekonomi tinggi mungkin mencerminkan bahwa orang-orang ini tidak meninggal karena penyebab lain pada usia yang lebih muda dan menjadi cukup umur untuk terkena kanker,” ujar Hagenbeek dikutip dari NYPost (12/7/2024).
Mengingat studi itu dilakukan di Finlandia, maka penelitian lain juga perlu dilaksanakan di negara-negara berkembang. Studi yang dilakukan oleh tim Hagenbeek juga hanya berfokus pada individu-inividu keturunan Eropa.
“Juga penting di masa depan untuk melihat apakah pengamatan kami mengenai interaksi antara status sosial-ekonomi dan genetika terhadap risiko penyakit dapat direplikasi pada orang-orang dengan berbagai leluhur di negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah,” ungkapnya.
"Karena tujuan keseluruhan dari memasukkan informasi genetik ke dalam perawatan kesehatan adalah untuk memfasilitasi pengobatan yang dipersonalisasi, kita tidak boleh memperlakukan informasi genetik sebagai 'satu ukuran untuk semua',” sambungnya.paa
Editor : Redaksi