SEBETULNYA isu penambahan masa jabatan Jokowi tak perlu dibahas, pimpinan baru KPU dan Bawaslu baru dipilih DPR. Tapi kali ini muncul statement Cak Imin, Airlamgga Hartarto sampai Jhony Platte yang mendorrong penambahan masa jabatan.
Nasdem tak konsisten di satu sisi Menteri Kominfo yang kebetulan Sekjen Nasdem memberikan sinyal Jokowi bisa diperpanjang
Baca Juga: Ekonom Indef: Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi Terendah Dibanding SBY bahkan Era Soeharto
Menteri konyol sudah paham tapi berpura-pura buta dan sepertinya mendukung jabatan Jokowi diperpanjang. Selain Bahlil, Cak Imin kini muncul Jhony Plate yang mendorong jabaran presiden bisa diperpanjang.
Bisa saja publik akan murka terhadap partai pendukung pemerintah.
Saya sarankan buat partai oposisi Demokrat dan PKS serta koalisi pemerimtah yakni Gerindra, PAN dan PPP jangan tergoda dengan usulan yang irasional tersebut.
Biarkan saja partai-partai pendukung Jokowi duperpanjang lempar handuk saja, mereka pengecut dan pecundang demokrasi di Indonesia.
Kalau Nasdem bermain politik 2 kaki ini sangat berbahaya.
Baca Juga: Direktur P3S: Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik
Tapi di satu sisi, Ketua DPP Partai Nasdem Teuku Taufiqulhadi menilai bahwa usulan agar masa jabatan Presiden Joko Widodo diperpanjang dengan melalukan amandemen UUD 1945 dianggap sebagai usulan yang tak bertanggunggjawab.
Selanjutnya, adanya usulan tersebut bisa menghancurkan konsolidasi demokrasi.
Saya sarankan partai yang mendukung jabatan Jokowi diperpanjang mending mundur sajalah tak usah bertarung di Pilpres.
Baca Juga: Pemerintahan Prabowo Diminta Tak Pakai Jasa Buzzer dan Influencer
Tak ada kalian tak masalah juga, toh partai kalian yang rugi, jangan memaksa partai lain ikut kegilaan partai anda. Ini adalah contoh kelompok yang haus dan gila kekuasaan sehingga sudah tak berpikir secara akal sehat lagi.
Saya kira parpol kita berjiwa kerdil dan belum dewasa berpolitik. Sungguh sangat mengkwatirkan. Semoga partai yang ingin pilpres 2024 tak terusik dengan ide konyol tersebut.
Jerry Massie, Direktur Political and Public Policy Studies.
Editor : Redaksi