Pelatihan Gerakan Remaja Peduli Gizi (GREEZI)

JEMBER (Realita) - Gerakan Remaja Peduli Gizi (GREEZI) adalah gerakan yang bermaksud mengajak para remaja belajar mengenali kebutuhan gizinya dan mencermati label pangan olahan yang dikonsumsinya agar mampu mengambil pilihan yang lebih sehat. 

Greezi kembali mengajak para remaja Jember untuk belajar bersama mengenai gizi seimbang, cara membaca label pangan, dan menggulirkan upaya penyadaran ini kepada remaja lainnya di sekolah atau komunitas mereka. 

Baca Juga: 3 Tahun Kasus Stunting Turun Signifikan, Dinkes Surabaya Ungkap Pola Pencegahan dan Penanganannya

Acara tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Cakrawala Kesehatan (Frontiers for Health - F2H) di Java Lotus Hotel Jember 26-28 Febuari 2022. Ide atau gagasan Greezi  tersebut muncul dari Lokakarya Advokasi Label Pangan dan Gizi Remaja.

Frontiers for Health (F2H) adalah lembaga penelitian independen yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Secara resmi F2H didirikan tahun 2003 dengan nama Yayasan Cakrawala Kesehatan, oleh para peneliti multidisiplin yang sebelumnya tergabung dalam WHO Collaborating Center for Perinatal Care, Maternal, and Child Health di bawah Universitas Padjadjaran, Bandung.  

Melibatkan berbagai kelompok remaja dari Jember (Pelajar Peduli Gizi), Surabaya (Aliansi Pelajar Surabaya), dan Jakarta (Kolom Remaja). Dari dialog ditemukan bahwa kebiasaan jajan remaja tidak disertai kesadaran membaca label pangan, sehingga remaja tidak menyadari batasan asupan yang disarankan, berakibat asupan kalori, garam, dan lemak berlebih. Lebih jauh, remaja juga belum paham akan saran gizi seperti “isi piringku” dan “4 (empat) pilar gizi seimbang”.

Dari sekitar 270 juta populasi Indonesia, 17% merupakan kelompok usia remaja (10-19 tahun). Masa remaja disebut-sebut sebagai masa pertumbuhan pesat (growth spurt) kedua setelah balita. Gizi menjadi salah satu faktor penting dalam menghantarkan mereka menuju usia produktif yang sehat. 

Baca Juga: Menjelang Akhir Tahun, 27 Kelurahan di Surabaya Zero Stunting

Sayangnya, remaja Indonesia masih dihantui tiga beban masalah gizi (triple burden of malnutrition) yaitu gizi kurang, gizi berlebih, dan kekurangan zat gizi mikro. Camilan tinggi kalori dan minuman manis menjadi bagian keseharian remaja kota maupun desa. Seiring gencarnya upaya pemasaran yang dilakukan industri pangan olahan. 

Di desa, pergeseran pola makan juga diperparah oleh persepsi bahwa pangan olahan lebih bergizi dan bergengsi. Secara khusus, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan pola makan tidak sehat pada remaja.

Kondisi tersebut tentu perlu menjadi perhatian, mengingat Indonesia diprediksi sedang dan akan mengalami bonus demografi pada 2020 – 2030 mendatang, dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64) tahun lebih banyak daripada usia nonproduktif, atau sekitar 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Bila tidak segera ditangani, masalah gizi dan risiko penyakit tidak menular dapat menjadi ancaman bagi kualitas kehidupan para remaja saat mereka mencapai usia produktif. Namun, pihak yang paling bisa menyuarakan dan mengupayakan perubahan adalah remaja sendiri. 

Baca Juga: Srikandi PLN UIT JBM Gelar Edukasi Kesehatan untuk Dukung Pencegahan Stunting

Dalam menggulirkan Greezi, F2H bekerja sama dengan konsultan dari Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA). Sejak 2016 hingga kini LAHA telah terakreditasi sebagai lembaga bantuan hukum yang menyediakan jasa konsultasi/pendampingan legal untuk anak. 

Di bidang komunikasi, F2H menggaet konsultan dari Studio Driya Media (SDM), organisasi yang berfokus pada layanan pengembangan media dan pelatihan organisasi bagi para pelaku sektor pembangunan.ria

Editor : Redaksi

Berita Terbaru

Kuli Bangunan Ditemukan Tewas Gantung Diri

BANJARMASIN- Seorang pria ditemukan gantung diri di sebuah rumah beralamat di Jalan Pengambangan RT 5 RW 01 No 68 Kelurahan Pengambangan Banjarmasin Timur, …