PARIS- Mengenal varian Deltacron yang sebelumnya sempat diragukan keberadaannya. Varian ini pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan Prancis.
Organisasi yang menghimpun data varian virus di dunia, The Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), melaporkan temuan 'solid evidence' atas keberadaan varian Deltacron yang berasal dari galur GK/AY.4 dan GRA/BA.1.
Baca Juga: WHO: Tren Kematian karena Covid 19 Terus Turu, tapi Virus Tetap Ada
"Rekombinan ini muncul ketika lebih dari satu varian menginfeksi dan bereplikasi pada orang yang sama, dalam sel yang sama," kata Prof Lawrence Young, ahli virologi di University of Warwick dikutip dari The Guardian, Senin (14/3/2022).
Apa itu Varian Deltacron yang disebut Virus Rekombinan?
Varian Deltacron dapat dikatakan virus rekombinan lantaran terbentuk dari setidaknya dua virus lain. Ketika seorang individu terinfeksi dua jenis virus atau lebih, maka ada kemungkinan virus-virus tersebut mengalami percampuran genetik dan menghasilkan virus baru.
"Virus rekombinan memiliki bagian dari dua atau lebih virus yakni bagian dari materi genetiknya sebagai akibat dari infeksi dua atau lebih strain virus," jelas Amesh A. Adalja, pakar virus dari John Hopkins Center for Health Security, dikutip dari Health.com.
Tak hanya COVID-19, fenomena ini juga terjadi pada influenza yang diyakini mengalami rekombinasi sepanjang waktu.
Deltacron pertama kali diidentifikasi pada bulan Januari lalu. Varian ini awalnya ditemukan oleh pakar virus dari Cyprus Leondios Konstrikis yang meyakini sebagai kombinasi antara varian Delta dan Omicron. Ia juga melabeli kombinasi varian Delta dan Omicron sebagai Deltacron.
Saat itu Konstrikis dan timnya menemukan 25 kasus Deltacron yang paling banyak diidap oleh pasien di rumah sakit dengan gejala sedang.
Namun pada awal-awal penemuan, publik menganggapnya sebagai kesalahan dan disangka hanya kontaminasi di laboratorium.
Belum ada laporan resmi mengenai jumlah kasus Deltacron, namun laporan mulai bermunculan dari berbagai penjuru dunia. Seorang penulis sebuah studi menyebut ada 3 klaster yang diyakini sebagai Deltacron di bagian selatan Prancis.
Riset lain di Amerika Serikat menunjukkan dari 29 ribu sampel yang di-sequence, ada 2 infeksi yang melibatkan 2 versi Deltacron.
Baca Juga: Rutin Olahraga Bisa Redam Keganasan Covid 19
Seperti Apa Gejala Varian Deltacron?
Diperkirakan varian baru ini tidak memiliki gejala yang berbeda dari varian COVID-19 lainnya, sehingga gejala yang harus diwaspadai tetap sama, seperti:
Demam
Batuk
Kehilangan indra penciuman
Sakit tenggorokan
Baca Juga: Flu Onta Hantui Suporter Bola di Qatar
Sakit kepala
Kelelahan
Apakah Varian Deltacron Lebih Berbahaya?
Sampai saat ini masih belum diketahui seberapa bahaya rekombinasi Delta dan Omicron. Bahkan, jumlah kasusnya pun masih belum diketahui.
"Kami belum melihat perubahan apapun dalam epidemiologi, perubahan tingkat keparahan, tetapi beberapa studi tengah dilakukan," kata Van Kerkhove.ik
Editor : Redaksi