PONOROGO (Realita)- Malaysia kembali berulah. Setelah sempat mengeklaim kesenian Reog sebagai bagian budayanya beberapa waktu lalu, kini negeri jiran itu berencana mengajukan kesenian Reog sebagai warisan budaya tak benda dari negaranya ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Hal ini diungkapkan, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Takut Tertindas Lagi, Ratusan Pedagang Pasar Eks-Stasiun Ponorogo Kompak Dukung Rilis
" Untuk Reog, Negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita," kata Muhadjir dalam keterangan resmi yang diterbitkan Kemenko PMK dikutip Selasa (5/4) lalu.
Hal ini sontak mengundang reaksi keras dari berbagai kalangan di Ponorogo dan nusantara. Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko pun angkat suara terkait hal ini. Ia pun mendesak pemerintah pusat segera menpercepat pengusulan Reog sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dunia dari Ponorogo ke Unesco.
" Untuk dilindungi, tidak bisa diabaikan tinggal bolanya di pemerintah pusat. Pak menteri Mohon dukungannya, mengakui Reog jadi budaya Ponorogo," ujarnya, Kamis (07/04/2022).
Kang Giri sapaan akrab Bupati Sugiri Sancoko mengaku sejumlah dokumen pendukung guna pengajuan Reog ke Unesco telah diajukan pemerintah pusat. Ia pun berharap doa dari masyarakat dapat menyelamatkan Reog dari klaim Malaysia ini.
" Mengundang doa semua pihak, usulan Unesco ini di pemerintah pusat, semua dokumen sudah kita siapkan. Secara detail, penelitian komplit dibukukan dengan dokumen, video 10 menit, dokumen naskah akademik hasil pendalaman riset yang mendalam," ungkapnya.
Baca Juga: World Clean Up Day, Bupati Giri dan Belasan Ribu Pelajar Ponorogo Gelar Aksi Pungut Sampan
Kang Giri meminta masyarakat khususnya Ponorogo tidak perlu gelisah. Karena siapa pun yang memainkan dan mencintai Reog dimana pun ia berada, namun asal kesenian Reog tetap dari Ponorogo.
" Tidak pelu gelisah, kita undang teman-teman. Agar tidak diakui negara lain, karena Reog ini sangat seksi, dimanapun bisa berkembang, di Ponorogo, Jakarta, Surabaya, di luar pulau bahkan di luar negeri. Bahkan di Malaysia juga berkembang," ujarnya.
Lebih jauh, Giri mengaku alasan berulang kali Malaysia berusaha memiliki Reog, lantaran perkembangan kesenian ini di negara Harimau Malaya itu cukup pesat, bahkan warga Ponorogo yang kini menjadi warga negara Malaysia banyak menjadi pejabat negeri tersebut. Kecintaan akan kesenian ini lah yang dituding membuat Reog ingin dimiliki Malaysia.
Baca Juga: Gelar PRMCD, Bupati Ponorogo Kampanyekan Jaga Data Pribadi dari Kejahatan Cyber
"Banyak orang ponorogo di Malaysia berhasil, jadi rektor di Universitas, ada yg jadi mentri, ada yang jadi juragan besar. Sudah membaur ratusan taun ada disana. Sejak dulu, sejarah panjang sejarah itu, Indonesia dan malaysia kan juga dekat. Jadi akumulasi, pertukaran penduduk berikut dengan seninya, berikut dialektika dan budaya nya pasti," terangnya.
Kendati mengakui perkembangan Reog cukup pesat di tanah jiran, namun pihaknya melarang kesenian itu diklaim bagian dari budaya Malaysia. Pasalnya Reog hanya milik Ponorogo dan Indonesia.
" Kami akui iya barang kali berkembang disana, penduduk disana, obat rindu ke Ponorogo. Tapi tidak boleh Reog diakui oleh siapapun. Kalau dikerjakan, diopeni, dibesarkan silahkan, justru kami mengirim Reog ke berbagai negara untuk budaya dikembangkan di mancanegara diantara budaya lain. Tapi tetap milik Ponorogo Republik Indonesia," tandasnya.znl
Editor : Redaksi