JAKARTA - Lanjutan Proses penyidikan kasus kematian Brigadir J yang ditembak dan mati mengenaskan oleh rekan kerjanya Bharada E, telah dipanggil dan diperiksa 6 ADC atau ajudan Irjen Pol Ferdy Sambo, Komnas HAM beberkan alasan mengapa Irjen Ferdy Sambo dipanggil terakhir.
Komnas HAM beberkan alasan mengapa Irjen Ferdy Sambo dipanggil terakhir karena menjadi pertanyaan besar publik. Sebelumnya pihak Komnas HAM telah memeriksa 6 orang ajudan atau ADC (aide de camp) Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo dan telah menyaksikan 20 rekaman video CCTV dari 27 titik yang memperlihatkan perjalanan Magelang hingga ke Jakarta Brigadir J bersama rombongan.
Baca Juga: Diduga Salah Sasaran, Kakek 66 Tahun Ditembak hingga Tewas Seketika
Secara langsung membuktikan Brigadir J masih hidup saat sampai di Jakarta, dan memperuncing pengusutan kasus kejanggalan kematian Brigadir J yang dapat atensi publik, bahkan mendapat himbauan Presiden Jokowi untuk diusut tuntas secara terbuka kepada publik. Ahmad Taufan Damanik, hadir sebagai narasumber di Acara TvOne Apa Kabar Indonesia Malam, disinggung soal alasan mengapa Irjen Pol Ferdy Sambo dipanggil terakhir atau belakangan oleh Komnas HAM, Ahmad Taufik Damanik mengatakan bahwa ini soal metode yang dijalankan lembaganya dalam proses penyidikan.
Tidak perlu diperdebatkan karena arahnya tetap sama untuk mengungkap kasus ini lebih terang benderang, sesuai himbauan Presiden Jokowi.
"Itu hanya metode saja, supaya kami tidak tersesat dalam mengumpulkan fakta dan informasi,"ungkap Ahmad Taufik Damanik.
Sementara itu, pihak Kompolnas yang diwakili oleh Albertus Wahyurudhanto mengaku bahwa sejauh ini proses penyidikan masih berjalan sesuai semestinya dan akan tetap mengawasi.
"Kami kan Kompolnas posisinya mengawasi, karena itu dalam pandangan kami, sekarang ini masih on the track, penyidik punya strategi, Komnas HAM yang punya kewenangan untuk penyidikan punya strategi, pihak kuasa hukum yang punya legalitas dan punya cara, silakan,"ungkapnya.
Ahmad Taufan Damanik mengaku akan memeriksa satu lagi ajudan Ferdy Sambo yang berhalangan hadir yang juga berada di Magelang, Selain itu ADC, akan memeriksa semua orang lainnya yang bekerja di rumah Ferdy Sambo, seperti security, asisten rumah tangga dan sopir.
Baca Juga: Tak Sengaja Tembak Sepupu Sendiri, Pria Ini Malah Bikin Laporan Palsu pada Polisi
"Yang kemudian kita akan meneruskan lagi ini soal jejak digital tidak digital, yang tempo hari saya katakan baru sesi pertama, komunikasi di antara para pihak itu Pak Sambo, istrinya Almarhum Yosua, Bharada E dan lain-lain itu semua kan baru dikasihkan seldamnya, belum apa isinya, kalau itu tidak bisa dibuka memang kesulitan yang tadi saya katakan titik hitam karena tidak ada CCTV yang yang bekerja di rumah dinas itu."ucapnya.
Komnas HAM mengaku tinggal memanggil Irjen Ferdy Sambo, tetapi untuk Putri Candrawathi harus mengikuti prosedur karena mendapatkan informasi, ada penasihat psikologinya. Untuk semua itu, Komnas HAM harus terlebih dahulu mengumpulkan bahan dan data informasi yang kuat.
"Tapi kita kumpulkan semua ini barang-barang bukti, informasi baru kami masuk ke titik yang menurut kami krusial, tanpa didukung oleh data informasi yang kuat, kami akan sulit untuk membuka masalah ini,"pungkasnya..
Pada sesi pertama, Choirul Anam mengaku Komnas HAM lebih ke pertanyaan terbuka dengan jawaban yang deskriptif dan hasil jawaban dari para ajudan itu nantinya akan dimunculkan di laporan akhir.
Baca Juga: Terdakwa Pembunuhan 9 Orang, Ditembak Mati Pria Tak Dikenal di Ruang Sidang
Tak hanya menanyakan konteks waktu dari masing-masing keterangan dari ajudan yang dicocokkan dengan informasi yang mencuat ke publik, lebih dari itu menanyakan hubungan masing-masing ADC dan kepada para atasannya yakni Irjen Ferdy Sambo dan Putri Ferdy Sambo.
"Yang berikutnya yang penting yang juga ingin kami sampaikan adalah kami juga menanyakan soal bagaimana sekuen hubungan ADC satu dengan yang lain, termasuk juga karakter masing-masing ADC. kami tanya di masing-masing orang itu, kami tanya pertanyaan yang sama, pertanyaan sama ini untuk melihat sebenarnya, apa sebenarnya yang terjadi dan background apa yang terjadi di sekuen itu, jadi misalnya ADC A kami tanya bagaimana soal apa perilaku kehidupan sehari-hari ADC yang lain, itu kami tanya semuanya,"jelasnya.
Kasus aksi baku tembak antar polisi, dimana atas insiden itu menewaskan Brigadir J ditangan rekan kerjanya yakni Bharada E. Dimana saat dikembalikan jenazah Brigpol Nofryansyah Yosua Hutabarat kepada keluarga, membuat stres keluarga karena melihat kondisi jasah dengan sejumlah luka tak wajar di sekujur tubuh sang anak.
Kematian Brigadir J pun dianggap janggal oleh pihak keluarga dengan bantuan kuasa hukumnya bernama Kamaruddin Simanjuntak melaporkan hal ini Bareksrim Polri atas dugaan pembunuhan berencana.iva
Editor : Redaksi