SEMARANG (Realita)- pada hari ini, Selasa (25/05/2021) dan seminggu hari ke depan akan di lakukan pelantikan sekaligus pengukuhan guru besar dari berbagai fakultas via daring.
Adapun para guru besar Undip ini yakni Prof.Dr. Suharnomo (Fakultas Ekonomika Bisnis), Prof Dr.Meiny Suzery (Fakultas Sains dan Matematika), Prof Dr.Hargono (Fakultas Teknik), Prof Dr. Kusworo Adi (FSM), Prof Dr. Endah Dwi Hastuti (FSM), Prof Dr. Dwi Hudiyanti (FSM), Prof Dr. Berkah Fajar Tamtomo (FT) , Prof Dr.Sunarsih (FSM), Prof Dr. Muhammad Cholid Djunaidi (FSM), dan Prof Dr. Agus Subagio (FSM).
Baca Juga: Prof.Dr. Suharnomo, SE, M.Si Dilantik Jadi Rektor Undip 2024-2029
Selanjutnya Prof Dr. Suyono (FSM), Prof Dr. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono (fakultas peternakan pertanian) , Prof Dr.Suharyanto (FT) , Prof Dr. Indira Januarti (FEB) , Prof Dr. Atik Suprapti (FT), Prof Dr. Nita Ariyanti PhD (FT), Prof Dr. Dian Ratna PhD (FPsikologi) , Prof Dr. Sapto Purnomo Putro PhD (FSM) , Prof Dr. Mochamamad Chabahib (FEB) dan Prof Dr. Dwi Pudjonarko (FK).
Universitas Diponegoro (UNDIP) optimis target 10% tenaga pengajarnya berkualifikasi guru besar atau profesor bakal segera terpenuhi. Dengan dikukuhkannya 21 guru besar baru pada akhir Mei 2021 sampai pertengahan Juni 2021 ini, jumlah guru besar aktif di kampus Universitas Diponegoro berjumlah 155 dosen.
“Kami optimis sepuluh persen dosen Undip berkualifikasi guru besar segera tercapai. Saat ini Undip memilki 1.674 dosen, dimana 773 orang di antaranya berkualifikasi doktor. Kalau 155 orang sudah profesor, masih ada 600 dosen bergelar doktor yang berpeluang menjadi guru besar,” kata Rektor Undip, Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum, pada Konferensi Pers Pengukuhan 21 Guru Besar Undip yang dilakukan secara daring, Minggu (24/5/2021).
Prof Yos juga menyampaikan bahwa untuk menjadi profesor syaratnya tidak mudah. Sebagai gelar dan pengakuan yang diberikan oleh negara, untuk menjadi guru besar seseorang harus berpendidikan minimal S3 (Strata-3) atau doktor. Kemudian ada tenggang waktu sudah lulus S3 minimal 3 tahun sebelum mengajukan, serta memiliki publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
Baca Juga: Smart Farming 5.0 sebagai Orasi Ilmiah Prof Atin Binus Semarang
Ketatnya kriteria yang ditetapkan membuat masih ada beberapa program studi yang masih belum memiliki dosen berkualifikasi guru besar. Untuk itulah Undip mendorong para dosen dan penelitinya untuk mencapai jenjang akademik tertinggi melalui program OPOC (One Professor One Candidate). Program tersebut sudah mulai berbuah, dan kini 155 dari 1.674 dosen atau setara 9,1%.
Untuk bisa melewati 10% setidaknya harus ada 14 guru besar baru. Prof Yos yakin sebelum akhir tahun ini bisa tercapai mengingat pengajuan calon guru besar yang ada sudah cukup banyak, dan persyaratan sebagian besar sudah memenuhi ketentuan administratif dan teknis yang disyaratkan.
Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip, Prof Dr Suharnomo SE MSi, mengatakan saat ini saja sudah ada pengajuan 5 guru besar baru dari FEB yang sedang diproses di tingkat fakultas. Sebagian besar persyaratannya lengkap, kalaupun ada kekurangan tinggal soal teknis saja. “Lahirnya guru besar-guru besar baru tidak bisa ditahan. Keberadaan guru besar juga penting untuk rekognisi keilmuan,” kata Suharnomo yang harus menunggu hampir satu tahun untuk pengukuhan setelah SK Guru Besarnya diterima.
Baca Juga: Rektor UNDIP Resmikan Gedung Serbaguna Muladi Dome
Sementara itu Dekan Fakultas Teknik, Prof Ir M Agung Wibowo MM MSc PhD, mengatakan di fakultas yang dipimpinnya saat ini sudah ada 38 profesor. Fakultas Teknik Undip menjadi fakultas yang memiliki guru besar terbanyak, khususnya di Departemen Kimia yang saat ini memiliki 17 guru besar. Agung menyebut atmosfir dan lingkungan kampus yang kondusif menjadi faktor penting lahirnya banyak guru besar di Undip di bawah kepemimpinan Prof Yos Johan Utama sebagai Rektor.
Wakil Rektor 1 Undip Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Budi Setiyono PhD, mengucapkan selamat atas pencapaian 21 dosen menjadi guru besar di Undip. “Saya memohon para guru besar sigap menghadapi disrupsi teknologi informasi, dan harus menjadi role model dalam inovasi pembelajaran ke depan,”pungkasnya.ham
Editor : Redaksi