MEDIA sosial menjadi instrumen penting dalam menjalankan kampanye pemilu di setiap tahunnya. Begitu banyak masyarakat yang mengandalkan media sosial untuk mencari informasi terkait calon-calon pejabat publik yang sedang berkontestasi dalam pesta demokrasi.
Hal tersebut terjadi karena masyarakat yakin segala rekam jejak calon pejabat publik dapat ditemukan dalam media sosial yang penggunaannya tergolong mudah.
Baca Juga: Kajati DKI Jakarta Sampaikan Hukum Bermedia Sosial dan UU ITE ke Ratusan Siswa
Namun, tidak sedikit tim sukses dari calon pejabat publik ini terkesan dilema dengan peperangan retorika secara tekstual maupun visual sehingga melupakan kesederhanaan kata yang jauh lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
Faktanya, tidak semua masyarakat dapat menerima informasi dengan gaya bahasa retorika karena pendidikan yang jauh dari kata sejahtera.
Mungkin dari fenomena ini akan timbul pertanyaan, 'Lantas sebagai pembicara politik haruskah menggunakan kata-kata yang lebih sederhana agar mudah dipahami oleh masyarakat?'. Jawabannya adalah 'Iya'.
Menggunakan bahasa yang sederhana ketika berdiskusi tentang isu-isu politik merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir missed information dan juga menekan bahasa agar kesannya tidak terjadi pembodohan pada masyarakat.
Baca Juga: HUT ke-77 SPS: Berharap Pemerintah Lahirkan Regulasi Penguatan Media Pers
Generasi Millenial dan Generasi Z (Gen-Z) merupakan kelompok masyarakat yang lebih akrab dengan media sosial dibandingkn dengan pendahulunya.
Namun tidak sedikit dari mereka yang memiliki nasib kurang beruntung di jenjang pendidikan sehingga kurang memahami makna dari komunikasi yang disampaikan oleh calon-calon pejabat publik.
Maka dari itu, hal ini menjadi tugas kita bersama untuk membuka pikiran masayarakat dengan mensejahterakannya dari segi akademis (pendidikan) maupun segi praktis (praktik dilapangan).
Baca Juga: Berawal dari Live di Medsos, Warga Dua Dewasa Tawuran dan 2 Tewas
Hal ini harus dianggap penting oleh Pakar Komunikasi dan selanjutnya diperlukan forum diskusi lebih lanjut untuk membedah gaya komunikasi dari calon pejabat publik beserta tim suksesnya.
Dengan demikian masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dari perspektif komunikasi dan tentunya perkembangan pola pikir akan terus berlangsung pada generasi-generasi penerus bangsa.
Ditulis oleh Mochammad Kasyfi Fahmi, S.I.Kom, Mahasiswa Magister Media dan Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Editor : Redaksi