JAKARTA - Ketua KPI Agung Suprio menyebut serial animasi Upin dan Ipin sebagai propaganda Malaysia. Ia pun menjelaskan bagaimana Upin dan Ipin jadi salah satu produk yang menampilkan Malaysia kepada dunia luar.
"Upin-Ipin itu bisa dikatakan propaganda, propaganda yang positif. Upin-Ipin itu bisa mengenalkan Malaysia atau citra Malaysia kepada dunia luar yang multikultural, sopan, ramah dan religius," kata Agung Suprio melansir detik.
Baca Juga: Firli: Koruptor Makin Canggih, Saatnya Tingkatkan Kerjasama antar Negara terkait TPPU
"Ini yang ingin ditampilkan Malaysia kepada dunia luar."
Hasilnya, Upin dan Ipin menurutnya mengubah pandangan negara-negara lain kepada Malaysia. Gara-gara itu juga Malaysia kini makin dikenal.
"Negara-negara lain punya pandangan positif kepada Malaysia, sehingga bisa meningkatkan sektor pariwisata Malaysia, jadi banyak kemudian orang mancanegara yang datang ke Malaysia," tuturnya.
"Jadi propaganda itu di situ maksudnya."
Baca Juga: Hakim Tipikor Bandung Perintahkan Penahanan Mantan Ketua KPU Depok
Sebelumnya, dalam podcast Deddy Corbuzier, Agung Suprio membahas soal kartun animasi Upin dan Ipin. Awalnya, Agung Suprio mengungkapkan jarangnya stasiun televisi yang menayangkan kartun buatan Indonesia.
Salah satu alasannya karena pembuatan animasi tidak murah. Padahal banyak orang Indonesia yang mahir membuat animasi.
"Upin Ipin saja katanya dari Indonesia, yang buat itu," ujar Agung Suprio dalam podcast Deddy Corbuzier.
Baca Juga: Masyarakat Bisa Melaporkan Oknum Anggota Nakal Melalui Aplikasi Propam Presisi
Menurutnya, salah satu kekuatan Upin dan Ipin adalah subsidi yang diberikan pemerinta Malaysia. "Lu tahu gak Ipin-Upin itu disubsidi oleh pemerintah Malaysia?" imbuh Agung Suprio.
"Kenapa kemudian, kita itu harus bicara strategi kebudayaan dalam pengertian luas pada akhirnya. Nggak bisa KPI memaksa TV untuk di jam tayang anak, harus produksi kartun," tutur Agung Suprio.
"Tadi gua jelaskan, biaya produksinya mahal banget. Jadi lebih baik dia beli dari luar, tinggal tayang. Itu lebih murah buat dia."ik
Editor : Redaksi