Vaksinasi Lengkap, Eks Menlu AS Colin Powell Meninggal karena Covid

WASHINGTON - Menteri Luar Negeri kulit hitam pertama di Amerika Serikat Colin Powell meninggal dunia akibat komplikasi COVID-19. Meski sudah mendapat vaksinasi lengkap, riwayat perawatan multiple myeloma diyakini berpengaruh pada efikasi vaksin yang diterimanya.

"Kami telah kehilangan suami, ayah, kakek, dan orang Amerika yang luar biasa dan penyayang," kata keluarga Colin Powell dalam sebuah pernyataan, berterima kasih kepada staf di Walter Reed Medical Center atas perawatan mereka.

Baca Juga: Takziyah Malam Pertama Meninggalnya Putra Anggota DPRD Banyuasin

Sejumlah media di Amerika Serikat mengabarkan, meninggalnya Colin Powell juga dimanfaatkan kaum antivaksin untuk mengkampanyekan bahwa vaksin COVID-19 tidak ada manfaatnya. Berbagai unggahan terkait hal itu sempat bermunculkan di media sosial.

Yang pasti, para pakar memiliki penjelasan soal itu. Diketahui, Colin Powell memiliki riwayat kanker darah Multiple Myeloma dan telah dinyatakan remisi setelah menjalani treatment. Baik myeloma maupun pengobatannya, dalam berbagai penelitian terbukti mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19.

Baca Juga: Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng Meninggal

Sebenarnya, apa pengaruh multiple myeloma terhadap efektif vaksin COVID-19?

Cilegon dalam

Sebuah studi di jurnal Leukemia menyimpulkan sebagian pasien myeloma aktif tidak memberikan respons antibodi yang adekuat pada pemberian vaksin COVID-19 jenis Pfizer dan Moderna. Antibodi penetralisir sebagai respons terhadap vaksin terbentuk lebih sedikit dan memberikan respons yang lemah.

Baca Juga: Center of Oncology Radiotherapy Fasilitas Untuk Kanker di RS Mitra Keluarga Kenjeran

Saat antibodi menyerang virus yang menyebar di dalam tubuh, sel-T justru akan menyerang sel yang telah terinfeksi. Sel-T tersebut juga menghasilkan sinyal penting yang mengarah pada respons imun lain dalam membatasi tingkat infeksi.

Dikutip dari Reuters, studi tersebut meneliti 44 pasien dengan myeloma yang telah divaksinasi lengkap. Hasilnya, mereka memiliki respons antibodi yang rendah atau bahkan tidak sama sekali terhadap antibodi yang diberikan vaksin.ik

Editor : Redaksi

Berita Terbaru