Senator Australia yang Hina Bali ternyata juga Rasis pada Muslim

BRISBANE - Senator Australia Pauline Hanson menyebut Bali sebagai sumber wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) hingga Menparekraf Sandiaga Uno murka. Rupanya, Hanson identik sebagai politikus kontroversial.

Nama Hanson viral setelah menyinggung Bali dalam pidatonya. Hanson membeberkan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang berasal dari Bali.

Baca Juga: Sandiaga Pastikan Konser Coldplay Tetap Digelar

"Bali berbeda dengan negara lain, karena sapi bebas berjalan di mana-mana, kotoran sapi bertebaran, dan orang berjalan di atasnya, dan terbawa di pakaiannya, dan orang itu kembali ke negara ini (Australia)," katanya dalam unggahan video di akun Instagram @senatorpaulinehanson, Jumat (5/8/2022), kala mengomentari wabah PMK.

Selain itu, Hanson menilai PMK merupakan ancaman serius bagi keamanan hayati Australia.

Sandi merespons lewat Instagram juga. Dia mengunggah video pidato Hanson dan memberikan keterangan bahwa pernyataan senator tersebut tak sesuai fakta.

"Apa yang disampaikan seorang senator Australia @senatorpaulinehanson ini tidak berdasar pada fakta. Secara tegas dan lugas saya sampaikan untuk jangan pernah menghina Bali, ikon dan jantung pariwisatanya Indonesia," tulis Sandi di akun Instagram @sandiuno.

Jika ditelusuri, Hanson merupakan politikus Australia yang dikenal dengan pandangan kontroversial soal ras dan imigrasi. Ia lahir pada 27 Mei 1954 di Brisbane, Queensland, Australia.

Pada 2016, warga Muslim di Queensland menilai Hanson mengungkapkan komentar rasis terhadap mereka. Mengutip ABC News, ini merupakan respons dari imbauan Hanson soal mengakhiri imigrasi Muslim di Australia.

"Kita berada dalam bahaya terbawa arus umat Muslim, yang menganut budaya dan ideologi yang tak sesuai dengan kita," kata Hanson.

Baca Juga: Batal Jadi Cawapres Ganjar, Kehadiran Sandiaga Uno Dipertanyakan Megawati

"Islam tak boleh berada secara signifikan di Australia jika ingin hidup dalam komunitas yang terbuka, sekuler, dan kohesif," lanjutnya.

The Conversation melaporkan Hanson dapat dideskripsikan sebagai politikus sayap kanan dengan pandangan populis radikal, seperti mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Aliran populis radikal sendiri memandang imigran dan pengungsi sebagai ancaman terhadap keamanan, keselamatan, dan budaya tertentu.

Dalam pandangan Hanson, warga yang bukan asli Australia harus mengasimilasi atau menganut nilai dan budaya Australia. Jika tidak, lebih baik mereka pergi dari negara itu.

Baca Juga: Diprediksi Gagal Jadi Cawapres, Sandiaga Sudah Pasrah

Dilansir dari Britannica, Hanson merupakan salah satu pendiri partai Satu Negara. Ia menjadi pemimpin partai tersebut sejak 1997 sampai 2002, kemudian dari 2014 sampai saat ini.

Hanson merupakan ibu dari empat anak. Ia sempat membuka toko makanan fish-and-chip sebelum terjun ke politik. Toko itu kemudian ditutup pada awal 1997.

Berdasarkan situs resmi pemerintah Australia, Hanson sempat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Australia untuk Oxley, Queensland, pada 1996.

Ia juga sempat terpilih sebagai Senat untuk Queensland pada 2016 dan terpilih kembali pada 2022.ik

Editor : Redaksi

Berita Terbaru