MOSKOW- Seorang sejarawan ternama Rusia mengaku telah membunuh sang kekasih. Pengakuan ini menyusul penemuan sebuah koper berisi lengan seorang perempuan, sebagaimana yang disampaikan oleh kuasa hukum sang profesor.
Profesor asal Rusia, Oleg Sokolov, jatuh ke sungai saat ia mencoba membuang potongan tubuh kekasihnya. Potongan tubuh yang dibuang ke sungai adalah bagian lengan sang kekasih. Lengan itu tidak tenggelam, namun tetap mengambang. Sokolov pun berusaha untuk meraih potongan lengan itu kembali, namun naas dia membeku kedinginan dan hampir mati. Hingga pada akhirnya polisi pun berusaha mengevakuasi dirinya dan menemukan potongan lengan serta ransel, yang setelah diidentifikasi potongan lengan tersebut adalah milik Anastasia Yeshchenko (24).
Baca Juga: Usai Memutilasi, Fauzan Fahmi Angkut Jasad Sinta Pakai Gerobak tapi Warga Tak Curiga
Anastasia Yeshchenko yang cantik semasa hidup.
Adapun profesor berusia 63 tahun tersebut merupakan pakar mengenai Napoleon Bonaparte yang mendapatkan gelar kehormatan Legion d’Honneur dari pemerintah Prancis.
“Dia telah mengakui kesalahannya,” ujar Alexander Pochuyev, kuasa hukum Sokolov.
Pochuyev mengatakan bahwa Sokolov mengaku menyesal atas perbuatannya ini dan berjanji akan bersikap kooperatif dalam menjalani pemeriksaan. Sokolov dikabarkan mengaku kepada polisi setalah ia membunuh sang kekasih. Sebelumnya, Sokolov dan kekasihnya terlibat pertengkaran. Sokolov kemudian memotong kepala, lengan, dan kaki kekasihnya itu.
Potongan lengan ditemukan di sungai. Sementara potongan kepala, kaki dan torso ditemukan di apartemen Sokolov.
Anastasia Yeshchenko pindah dari Krasnodar di selatan Rusia ke St Petersburg untuk menjalani pendidikannya di perguruan tinggi. Anastasia Yeshchenko tercatat sebagai mahasiswa program pascasarjana.
“Dia pendiam, manis, dan selalu menjadi mahasiswa ideal. Pastinya semua orang tahu tentang hubungannya (dengan Sokolov),” ujar salah satu teman Yeshchenko.
Yeshchenko mengambil jurusan Sejarah Prancis dan menulis beberapa buku bersama kekasihnya, Sokolov. Salah satu media Rusia melaporkan bahwa ibu Yeshchenko adalah seorang Letkol di kepolisian dan ayahnya adalah guru di sekolah.
Hubungan Yeshchenko dan Sokolov sudah berjalan kurang lebih selama tiga tahun dan bukan rahasia lagi di kampus mereka. Beberapa teman Yeshchenko mengatakan bahwa ia adalah mahasiswa yang sangat pintar, mahasiswa populer, dan memiliki ketertarikan juga dengan Napoleon, sebagaimana Solokov.
Salah satu rekan Sokolov menggambarkan profesor tersebut sebagai sosok yang nyentrik namun tidak agresif. Ada pula yang menyebut Sokolov adalah reinkarnasi dari sosok Napoleon Bonaparte.
Sokolov tercatat sebagai anggota Institut Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Politik (ISSEP) Prancis. Mahasiswa menggambarkan sosok Sokolov sebagai ‘orang aneh’. Dia memanggil kekasihnya dengan nama ‘Josephine’ dan meminta dipanggil dengan sebutan ‘Sire’. Meski demikian, Sokolov adalah profesor yang terkenal dengan kecerdasannya, terutama di bidang Sejarah Prancis. Bahkan, ia pun sangat fasih berbahasa Prancis.
Saudara laki-laki Yeshchenko mengungkapkan kepada RBK Media, bahwa Yeshchenko sempat menelponnya sambil menangis pada Jumat pagi. Yeshchenko mengatakan bahwa ia sedang bertengkar karena kecemburuan si profesor. Yeshchenko pun berencana menginap di asrama mahasiwa. Sayangnya, setelah itu keduanya tak berkomunikasi lagi hingga Yeshchenko ditemukan tewas.
Beberapa waktu lalu kejadian serupa juga terjadi. Sokolov kembali cemburu, Yeshchenko dilarang pergi keluar ke pesta dansa bersama teman-teman wanita lainnya.
Kini nama Sokolov telah dihapus dari ISSEP Prancis. “Kami tidak pernah bisa membayangkan bahwa ia bisa melakukan tindakan menjijikan seperti iitu,”. tulis ISSEP Prancis dalam sebuah pernyataan terkait kasus pembunuhan yang dilakukan Sokolov.
Pengadilan Rusia menjatuhkan hukuman penjara 12,5 tahun kepada Oleg Sokolov.
Baca Juga: Sinta Handiyana, Janda Beranak Empat yang Dimutilasi Fauzan Fahmi
Editor : Redaksi