Bubur Suro Jadi Tradisi Turun Temurun di Bulan Ramadhan

TUBAN (Realita) - Seperti bulan Ramdhan sebelumnya ketika bulan puasa tiba, di area Masjid Astana Sunan Bonang, Kelurahan Kutorejo, Tuban, terdapat beberapa orang yang disibukan untuk menyiapkan bubur suro sebagai menu berbuka puasa.

Setidaknya memerlukan waktu tiga jam untuk memasak bubur yang turun temurun sejak Sunan Bonang tersebut, sekitar tahun 1500 M. Sebanyak 25 kilogram beras, 6 kilogram daging sapi, 10 kilogram balungan, dicampur bumbu gule, dan parutan 10 kelapa menjadi pelengkap bubur suro. 

Baca Juga: Suro di Madiun Jadi Atensi Khusus, Perguruan Silat Diimbau Patuh Aturan

Menurut Imam Ali Tamam, pengurus yayasan Sunan Bonang para juru masak mulai berkumpul pukul 13.00 WIB. Kemudian mereka meracik bumbu dan segala keperluan bubur hingga matang pada pukul 16.00 WIB. Setelah itu didiamkan dan dibagi kepada warga maupun pengunjung pada pukul 17.00 WIB.

"Masaknya membutuhkan waktu tiga jam, setelah itu tak lama kemudian dibagikan. Bubur di dua wajan itu cukup dibagi untuk ratusan orang," ujarnya saat ditemui di lokasi, Rabu (14/5/2021).

Dia menjelaskan, warga yang mengantre pembagian bubur kebanyakan masyarakat sekitar, lalu ada juga pengunjung yang bertepatan berada di kawasan masjid astana juga kebagian.

Baca Juga: Jadi Event Baru Grebeg Suro, Pasar Senggol Ponorogo Diserbu Warga

Imam menambahkan, rasa bubur ini diyakini tidak berubah sejak dulu. Sebab, resepnya ini turun-temurun sejak zaman Sunan Bonang. Alasan mengapa pada masa Sunan Bonang pembagiannya berupa bubur dan tidak nasi, karena kalau nasi membutuhkan biaya yang banyak, belum lauknya dan lain-lain.

Cilegon dalam

Sedangkan kalau bubur sangat ekonomis dan praktis, cukup untuk santri dan jamaah pada masa anak Sunan Ampel tersebut.

"Bubur itu ekonomis, beda dengan nasi pengurus yayasan Sunan Bonang mahal. Bubur juga cukup untuk dimakan orang banyak, rasanya khas dan saya kira hanya ada di Tuban saja," pungkasnya.

Baca Juga: Diguyur Hujan, Pembukaan Grebeg Suro 2024 Dipadati Penonton

"Iya ikut antre tiap sore. Kalau rasanya gurih, enak dan memang rasanya sangat khas, beda dengan bubur lainnya" Ucap salah satu warga Komplek Sunan Bonang, Endang Bambang.

Tanpa perlu menunggu waktu lama,  dua wajan bubur suro Sunan Bonang ludes diserbu warga. Warga sangat antusias menjadikan bubur ini sebagai santapan saat buka puasa. su

Editor : Redaksi

Berita Terbaru