Diblokir Facebook, Taliban Masih Bebas Berkicau di Twitter

KABUL - Kembalinya Taliban ke Afghanistan rupanya menjadi perhatian khusus Facebook . Alih-alih menganggap Taliban kelompok berbahaya Facebook menutup sementara layanannya,

Alasan Facebook menutup sementara aksesnya untuk melindungi pengguna Afghanistan dari kemungkinan target Taliban , kata kepala kebijakan keamanan Facebook Nathaniel Gleicher seperti dilansir Sputnik Jumat (20/20/2021).

Baca Juga: Ivana, Eks Istri Donald Trump Meninggal di Usia 73 Tahun

Dia mengatakan Facebook juga telah mengembangkan perangkat lunak untuk memungkinkan pengguna di Afghanistan menutup sementara akun mereka, menurut Sputnik.

Dia meminta konsumen non-Afghanistan untuk memperketat fungsi visibilitas untuk melindungi rekan-rekan mereka dari negara tersebut.

Facebook telah memblokir Taliban dari menggunakan layanannya dan menghapus konten yang berisi propaganda mereka.

Baca Juga: Merasa Dicemarkan di Facebook oleh Rafi Ahmad, Kayana Lapor Polisi

Seorang juru bicara Facebook Inc mengatakan perusahaan itu memantau dengan cermat situasi di negara itu. WhatsApp juga akan mengambil tindakan terhadap setiap akun yang terkait dengan organisasi yang terkena sanksi di Afghanistan, yang dapat mencakup penghapusan akun.

Di Twitter Inc (TWTR.N), juru bicara Taliban dengan ratusan ribu pengikut telah men-tweet pembaruan selama pengambilalihan negara itu.

Baca Juga: Wanita Taliban Wajib Pakai Burka, jika Tidak, Bakal Dipenjara

Ditanya tentang penggunaan platform oleh Taliban, perusahaan tersebut menunjukkan kebijakannya terhadap organisasi kekerasan dan perilaku kebencian. Tetapi Twitter tidak menjawab pertanyaan Reuters tentang bagaimana membuat klasifikasinya. Aturan Twitter mengatakan tidak mengizinkan kelompok yang mempromosikan terorisme atau kekerasan terhadap warga sipil.

Sementara, YouTube Alphabet Inc (GOOGL.O) menolak berkomentar terkait kembalinya Taliban di Afghanistan. YouTube mengatakan layanan berbagi video bergantung pada pemerintah untuk mendefinisikan "Organisasi Teroris Asing" (FTO) untuk memandu penegakan situs tersebut.

Editor : Redaksi

Berita Terbaru