Taiwan Bagikan Informasi Metode Penipuan International

SURABAYA- Di era pasca-pandemi, metode kriminal terus berkembang dan melahirkan metode baru. Menghadapi metode kriminal jenis baru pengalaman investigasi sangat berharga. 

Kepolisian Taiwan berbagi pengalaman keberhasilan pemecahan kasus dan juga bertukar informasi dengan kepolisian Indonesia untuk saling membantu dalam mencegah kegiatan ilegal di dalam negeri atau di luar negeri.

Baca Juga: TETO Surabaya Meminta ICAO Pegang Teguh Tujuan Pendiriannya

Dalam hal ini, partisipasi Taiwan di kerja sama Internasional dapat memperkuat dalam perang melawan penipuan telekomunikasi lintas batas.

Kongres ke-90 Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) akan diadakan di New Delhi, India pada 18-21 Oktober 2022 memdatang. 

Li Hsi-ho, Kepala Polisi Administrasi Kriminal Kepolisian Kementerian Dalam Negeri Republic of China (Taiwan), sebelum konferensi mengatakan bahwa, "di era pasca-pandemi ini, dalam menghadapi metode penipuan telekomunikasi internasional yang terus berkembang dan inovatif, Taiwan berpengalaman dan memiliki keunggulan teknologi serta bersedia berbagi dengan komunitas internasional dan juga menghimbau masyarakat Indonesia untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam Interpol,"

Berikut adalah poin-poin penting dari artikel yang di tulis oleh Kepala Polisi Li:

1. Penipuan telekomunikasi yang mengganggu perekonomian negara

Di era pasca-pandemi, kebanyakan orang sudah terbiasa dengan kehidupan online. Baik itu kantor, studi, belanja, dan lain sebagainya. 

Layanan keuangan online memudahkan kelompok kriminal untuk mendapatkan peluang melakukan penipuan, dan hal ini juga menyebabkan penyedilikan polisi menjadi lebih sulit. Perilaku sindikat penipuan sangat merugikan perkembangan ekonomi negara, dan diyakini bahwa Indonesia juga menghadapi ujian besar ini.

Baru-baru ini, jenis penipuan menjadi lebih beragam dan kompleks, metode penipuan juga telah berinovasi. Sasaran penipuan adalah cryptocurrency, yang baru-baru ini menjadi sangat populer di pasar bisnis. Para korban menderita kerugian besar. 

Saat menangani beberapa kasus penipuan tersebut, kepolisian Taiwan sering menghadapi kesulitan karena server, akun pembayaran, atau platform perdagangan cryptocurrency yang digunakan oleh para pelaku berada di luar negeri, sehingga kepolisian Taiwan tidak dapat bertindak secara cepat untuk melindungi korban atapun melacak keberadaan kelompok kriminal tersebut.

Jika dana penipuan dan aliran keuangan ilegal lainnya masuk ke negara Indonesia serta terjadi pencucian uang atau penghindaran pajak, hal ini tidak hanya akan menyebabkan kegagalan kontrol keuangan nasional Indonesia, tetapi juga mengikis otoritas pemerintahan Indonesia. 

"Kami percaya bahwa kerjasama antara kepolisian Indonesia dan kepolisian Taiwan tidak hanya dapat mengurangi jumlah korban kasus dan juga dapat saling meningkatkan efisiensi penanganan kasus di lingkungan kepolisian kedua negara," tambah Kepala Polisi Li.

Bersama perang melawan pencucian uang yang melibatkan mata uang virtual.

Dengan karakteristik "risiko tinggi dan imbalan tinggi". Penipuan mata uang virtual terus dipromosikan di pasar investasi. 

Pada saat yang sama, karena masyarakat umum tidak awam dengan mekanisme mata uang virtual, jenis investasi ini menjadi alat umum untuk sindikat penipuan. Baru-baru ini, polisi Taiwan menemukan bahwa sebagian besar kejahatan yang dilakukan oleh sindikat penipuan menggunakan mata uang virtual untuk pencucian uang adalah kasus penipuan investasi. 

Korban dipancing oleh sindikat penipuan untuk mendaftar sebagai anggota platform investasi palsu. Remunerasi tertentu diterapkan untuk penarikan dana, sindikat penipuan akan mengoperasikan sistem layanan pelanggan untuk menghubungi kelompok penipuan. Korban mengklaim bahwa pengguna harus membayar pajak 10% sampai 20% lagi atas keuntungan sebelum aplikasi penarikan pengguna disetujui. Bahkan jika mereka mengisi ulang, grup penipu akan tetap datang dengan berbagai alasan untuk meminta pengguna untuk terus mengisi ulang, misalnya, biaya transaksi harus dibayar sebelum penarikan dapat disetujui, dan lain lain.

Baca Juga: Pekan Kesetaraan Gender Taiwan, Presiden Tsai Hadiri Women Power Night

Sindikat penipuan telah mengubah metode kriminal mereka dari memperoleh rekening utama menjadi menggunakan dompet mata uang virtual, yang dapat mengurangi risiko tertangkap oleh polisi saat menarik dana. 

Sindikat penipuan menggunakan sistem nama asli untuk memverifikasi manajemen pertukaran mata uang virtual yang longgar untuk membuka rekening utama. 

Setelah korban menerima uang dari rekening pengiriman uang yang ditunjuk oleh sindikat, mereka segera mentransfer uang tersebut, dan kemudian memindahkannya ke dompet dingin, menukarkan dengan mata uang fiat di bursa lain. 

Dompet Cryptocurrency mudah digunakan sebagai alat pencucian uang karena tidak ada ukuran otentikasi pengguna dan tidak ada batasan jumlah transaksi untuk transfer. 

Sebagian besar lokasi korban, pelaku, dan kejahatan mungkin berada di negara yang berbeda, tetapi titik umumnya adalah bahwa keuntungan ilegal tersembunyi dan kemudian melakukan pencucian uang. Hanya dengan kerja sama lintas batas Indonesia dan Taiwan dapat secara tepat memerangi pola kejahatan ini .

2. Sindikat penipuan Telekomunikasi Internasional yang memperdagangkan manusia

Melihat jumlah pencari kerja yang dirumahkan, karena pandemi yang terus meningkat, sindikat penipuan telah mendirikan kantor operasional di seluruh dunia, dan merekrut sejumlah besar anggota melalui Internet dengan kata-kata menarik seperti "kerja mudah " dan "kebebasan finansial", pekerjaan yang stabil dan legal, tetapi ketika mereka tiba di sana, ternyata pekerjaan tersebut melibatkan penipuan atau tidak sesuai dengan janji awal, dan bahkan paspor mereka disita, kebebasan pribadi dibatasi, dikengkang, dipukuli atau dijual kembali kepada perusahaan ilegal lainnya, serta mengancam akan mengambil organ tubuh sebagai kompensasi.

Perdagangan manusia adalah salah satu masalah hak asasi manusia serius yang perlu diselesaikan secara global. 

Baca Juga: Peran Aktif Taiwan Dalam Perangi Dunia Maya di Era Pasca Pandemi

Sindikat penipuan ini menggunakan Internet untuk merekrut orang-orang dari berbagai negara di seluruh dunia untuk terlibat dalam kegiatan ilegal yang tersebar di seluruh dunia. 

Selama bertahun-tahun, polisi Taiwan telah berupaya keras dalam memerangi kejahatan lintas batas tersebut. Tahun ini, ditemukan sejumlah warga di negara Kamboja, Filipina, Dubai, dan negara-negara lain telah dikendalikan oleh komplotan ilegal yang dibentuk oleh komplotan berkewarganegaraan China, mereka dipaksa untuk terlibat dalam pekerjaan penipuan.

Kepolisian Taiwan bekerja sama dengan lembaga penegak hukum asing, bersama-sama menindak kejahatan, telah berhasil memecahkan sejumlah penipuan lintas batas yang dikombinasikan dengan kejahatan sindikat perdagangan manusia.

Kasus kejahatan terorganisir dengan lokasi kejahatan yang tersebar di beberapa negara seperti pada tahun 2020 Montenegro, dan 2021 Turki. 

Kasus Montenegro dengan kerjasama lintas batas berhasil mengungkap 92 pelaku penipuan, dengan korban lebih dari 2.000 orang, kerugian finansial yang sangat besar dan sulit untuk di perhitungkan, hal ini menunjukkan bahwa kerjasama dari semua negara di dunia sangat dibutuhkan. 

Taiwan berharap dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk memerangi perdagangan manusia dan menjaga nilai harkat dan martabat manusia.

Taiwan sangat mementingkan supremasi hukum dan hak asasi manusia, dan kejahatan internasional sering melibatkan banyak negara dan wilayah, sehingga membentuk banyak titik henti deteksi. 

Taiwan meminta dukungan dari masyarakat Indonesia agar dapat menghadiri konferensi tahunan Interpol sebagai pengamat. Baik itu pencegahan pandemi ataupun memerangi kejahatan, Taiwan pasti akan berpartisipasi. Ria

Editor : Redaksi

Berita Terbaru