SEMARANG (Realita)- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, Dr KH Ahmad Darodji MSi mengajak kaum muslimin di provinsi ini untuk mulai mengalihkan rekening bank konvensionalnya ke bank syariah. Mengingat, dalam praktik bank konvensional masih memberlakukan suku bunga yang sebagian besar ulama berpendapat sebagai praktik riba, karena ada unsur gambling. Sedangkan dalam sistem perbankan syariah sudah menghindari praktik tersebut.
“Insya Allah bila rekening kaum muslimin digeser ke bank syariah, maka uang dan bisnis yang ditransaksikan akan terhindar dari riba. Bila tidak ada unsur riba maka Allah SWT akan memberkahi transaksinya,” tegas Kiai Darodji saat menjadi narasumber pada dialog interaktif “Ulama Menyapa”, disiarkan langsung TVKU, Senin petang (21/2/2022).
Baca Juga: Hadirkan Beragam Hiburan, BI Jatim Sosialisasikan FESyar Jawa 2023
Dialog interaktif yang menjadi program MUI Jawa Tengah bekerja sama dengan TVKU, juga menampilkan narasumber Pimpinan Bank Syariah Indonesia (BSI) Jateng-DIY, Imam Hidayat Sunarto, dipandu host Myra Azzahra.
Kiai Darodji menegaskan, meskipun di tengah umat muslim dalam setahun ini sudah hadir di banyak titik Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai hasil marger tiga bank besar syariah, yakni Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah, yang transaksinya tidak memberlakukan suku bunga tapi pola bagi hasil, namun hingga kini market sharenya masih rendah, pada kisaran enam persen.
“Tentu market share tersebut perlu didongkrak lagi agar dalam waktu tidak terlalu lama dapat mencapai 25 persen, mengingat masyarakat Jawa Tengah mayoritas muslim. Transaksinya harus dilindungi dari riba. Allah menjanjikan keberkahan terhadap bertransaksi yang tanpa riba,” tandasnya.
Kiai Darodji yang juga Ketua Baznas menegaskan pula, mungkin nilai nominal dari transaksi bagi hasil lebih kecil dari suku bunga, namun transaksi tersebut akan ada keberkahan dari Allah SWT sehingga usaha nasabah menjadi mudah, lancar juga ada ketenangan hati.
Baca Juga: BTN Gelar Akad KPR Massal 10.000 Unit, Solusi Hunian Rakyat
Kepala BSI Jawa tengah dan DIY, Imam Hidayat Sunarto menegaskan, BSI yang sudah beroperasi di Jateng dan DIY meski dalam proses merger, angka pencapaian bisnis di 2021 market sharenya menunjukkan eskalasi optimis. Hal ini ditandai pertumbuhan aset BSI Kanwil Jateng DIY sebesar 15,39 persen di tahun pertama BSI berdiri dari posisi Rp15,8 triliun menjadi Rp18,3 triliun atau tumbuh Rp2,4 triliun.
Saat ini BSI memiliki 87 kantor cabang di Jawa Tengah dan 34 di Yogyakarta. Di ranah nasional, posisi BSI di ranking 7 dengan aset Rp265,2 triliun. Nasabah dari kalangan ASN, dokter di BSI Jateng DIY sudah tembus 40 ribu sedangkan nasabah umum mencapai 2,4 juta. Misi yang diemban, eksistensi BSI harus dapat dirasakan umat.
Kini, melalui Permen Keuangan PMK Nomor 11/PMK.05/2016, bila menggunakan lebih dari satu bank penyalur gaji, maka harus terdiri bank umum konvensional dan bank umum syariah. Demikian pula nota dinas direktur PKN Nomor ND-585/PB.3/2021 tertulis, bila menggunakan lebih dari satu bank penyalur gaji, maka di dalamnya harus ada bank umum syariah.
Baca Juga: Nasabah BSI Komplain, Wakil Ketua BPKN Ingatkan 4 Hal Atas Layanan BSI
Lewat dukungan pemerintah tersebut, BSI dapat mengelola gaji ASN serta siap memberikan fasilitas pembiayaan bagi ASN sesuai syariah. Menurut Imam, BSI tidak boleh menyepakati di awal besarnya bagi hasil yang akan diterima nasabah, yang diperkenankan menyepakati nisbah atau rasio bagi hasil. Misalnya pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan yang bersumber dari dana nasabah, bank memperoleh bagian 60 dan nasabah 40, dengan demikian bagi hasil akan bersifat fluktuatif berdasarkan pendapatan bank.
Imam optimis, BSI akan menjadi kekuatan besar dalam kancah industri perbankan nasional serta BSI menjadi energi baru bagi Indonesia.ham
Editor : Redaksi